Kata "Betawi" secara etimologis berasal dari kata "Batavia", nama kolonial Belanda di Jakarta. Orang Betawi adalah keturunan dari orang-orang yang tinggal di sekitar Batavia dari sekitar abad ke-17. Orang Betawi selama masa penjajahan adalah produk dari melting pot imigran dan pernikahan campuran yang melibatkan orang-orang dari Jawa, Sunda (Jawa Barat), Melayu (Melayu), Makassar, Ambon, suku Bugis, Cina, India, dan Eropa.
Imigran lokal dari daerah lain di Indonesia sebagian besar dibawa ke Batavia pada abad ke-17 sebagai budak ke Kolonial Belanda. Di sisi lain, pria Eropa, Arab, Cina, dan India datang ke Indonesia untuk berdagang atau bekerja dan kemudian menikahi wanita lokal. Pada abad ke-19, orang-orang yang dulu bernama Jakarta mulai menyebut diri mereka anak-anak "Betawi". Orang Betawi hidup di antara dua budaya besar: Sunda dan Jawa, tetapi mereka memiliki budaya dan bahasa mereka sendiri.
Bahasa Betawi adalah bahasa kreol berbasis Melayu. Ini terkait erat dengan bahasa Melayu. Kosakata bahasa Betawi memiliki sejumlah besar bahasa Cina Hokkien seperti kata ganti orang pertama (saya atau saya) dan kata ganti orang kedua lu (Anda) dan angka-angka seperti cepek (seratus), gopek (lima ratus), dan seceng (a ribu), bahasa Arab seperti ente (Anda) dan ane (saya), dan kata-kata pinjaman Belanda. Saat ini, dialek Betawi adalah bahasa informal yang populer di Indonesia dan digunakan sebagai dasar aksen Indonesia.
Orang Betawi kebanyakan adalah muslim. Ajaran, budaya, dan tradisi Islam mudah ditemukan dalam budaya dan sistem sosial mereka. Mereka dipimpin oleh Ulama atau Kyai (pemimpin agama setempat) di masyarakat mereka. Namun, ada juga komunitas kecil Kristen Betawi di daerah Tugu, Kampung Sawah, dan Depok.
Bentuk seni masyarakat Betawi menunjukkan pengaruh dari berbagai budaya. Ondel-ondel (boneka besar bertopeng bambu) mirip dengan seni tari topeng Cina, Bali, dan Sunda. Gaun pernikahan tradisional Betawi menunjukkan pengaruh Cina dalam kostum pengantin wanita dan pengaruh Arab dalam kostum pengantin pria. Orkestra musik Gambang kromong dan Tanjidor memiliki pengaruh Cina. Tradisi betawi bagi pengantin pria untuk membawa roti buaya (roti buaya) untuk pengantin wanita selama upacara pernikahan mungkin merupakan tradisi Eropa. Mereka juga memiliki Pencak Silat sebagai seni bela diri rakyat Betawi yang populer.
Orang Betawi memiliki beberapa masakan tradisional populer seperti kerak telor (kue beras ketan yang dimasak dengan telur dan disajikan dengan kelapa parut dan topping udang kering), soto betawi (sup daging sapi dengan irisan tomat dan irisan kentang goreng) dan asinan Jakarta ( acar sayuran). Masakan Betawi sebagian besar dipengaruhi oleh Masakan Peranakan Cina Indonesia, masakan Melayu, masakan Sunda dan Jawa.